Rabu, 19 Oktober 2011

PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
            Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lainnya.
Nutrisi dan kesehatan anak sangat mempengaruhi perkembangan fisik anak dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Selama masa bayi dan balita, anak-anak dengan mudah beradaptasi dan mendekatkan diri kepada orang lain. Awal hubungan mereka mereka biasanya dengan orang tua dan anggota keluarga lain. Pada fase ini sangat tergantung pada pengasuh untuk mendapatkan makanan, pakaian, kehangatan, dan pengasuhan. Pada fase inipun kepribadian dan perasaan mulai terbentuk menjadi modal awal ketika memasuki usia sekolah. Kepribadian ini meliputi ciri-ciri psikologis yang stabil dimana membuat manusia tumbuh secara unik, perasaan yang mudah berubah seperti kemurungan. Kombinasi pengaruh keturunan, psikologis, dan sosial yang paling bertanggungjawab bagi kemungkinan untuk pembentukan kepribadian.
PAUD sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan anak usia dini yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Bermain adalah bagian integral dalam kehidupan setiap anak dan merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan potensi anak secara optimal. Penggunaan metode bermain disesuaikan dengan perkembangan anak (keperluan usia anak). Permainan yang digunakan pada PAUD adalah permainan yang merangsang kreativitas dan menyenangkan (tidak ada unsur pemaksaan) dan sederhana. Pembinaan pengembangan motorik di sini merupakan salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan aspek motorik secara optimal dan dapat merangsang perkembangan otak anak. Pengembangan aspek motorik bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol dan melakukan koordinasi gerak tubuh, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat dan terampil. Melalui pembinaan aktivitas anak (Fisik Motorik) di PAUD diharapkan akan memberikan dasar pemikiran untuk mengkaji lebih spesifik dalam rangka pelaksanaan program pendidikan. Dengan memanfaatkan sarana alat bermain dan permainan yang tersedia di PAUD serta disesuaikan dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik anak usia PAUD.
Cara mengajarkan anak mengenal sesuatu dapat disesuaikan dengan perkembangan motorik anak sesuai dengan umur mereka. Oleh karena itu kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan belajar. Belajar adalah proses transformasi ilmu guna memperoleh kompetensi, keterampilan, dan sikap untuk membawa perubahan yang lebih baik. Sedangkan kegiatan pembelajaran merupakan suatu sistem dan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa awal perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang menyenangkan, tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah raga dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi. Hindari permainan di mana seseorang atau sekelompok orang menang dan kelompok lain kalah. Anak-anak yang secara terus menerus kalah dalam sebuah permainan memiliki kecenderungan merasa kurang percaya akan kemampuannya dan akan berkenti berpartisipasi. Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang.
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Tidak banyak orangtua yang mengerti bahwa keterampilan motorik kasar dan halus seorang anak perlu dilatih dan dikembangkan setiap saat dengan berbagai aktivitas. Pengembangan ini memungkinkan seorang anak melakukan berbagai hal dengan lebih baik, termasuk di dalamnya pencapaian dalam hal akademis dan fisik.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot dan otak.
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, misalnya kemampuan untuk duduk, menendang, berlari dll, sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih, misalnya memindahkan benda dari tangan, mencoret, menyusun, menggunting, dan menulis.
Kedua kemampuan tersebut sangat penting untuk tumbuh kembangnya anak.

Rumusan Masalah
1.      Apakah setiap anak memiliki perkembangan motorik yang sesuai ?
2.      Faktor apa yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik motorik anak ?

TINJAUAN PUSTAKA

A.  Perkembangan Fisik
Perkembangan peserta didik merupakan sebuah perubahan secara bertahap dalam kemampuan, emosi, dan keterampilan yang terus berlangsung hingga mencapai usia tertentu. Pertumbuhan dan perkembangan fisik merupakan sisi yang paling nyata dari manusia mana pun, demikian juga bagi peserta didik. Menurut Catherine (2010) pengembangan fisik dimaksud antara lain mencakup perubahan dalam ukuran dan proporsi tubuh, penampilan, serta fungsi berbagai sistem tubuh. Menyertai pertumbuhan dan perkembangan terjadi juga perkembangan otak, persepsi, kapasitas motor, dan kesehatan fisik. Pertumbuhan fisik itu merupakan hasil dari interaksi yang bersifat terus menerus dan kompleks sebagai interaksi antara faktor keturunan dan lingkungan.
Pertumbuhan pada bayi, balita dan anak prasekolah sangat cepat, baik fisik maupun kognitif. Dengan perubahan yang cepat itu, bukan tidak mungkin seorang yang tadinya gemuk pendek dan hampir tidak dapat berbicara tiba-tiba menjadi anak yang lebih tinggi dan ramping  yang mampu berbicara secara baik dan lancar. Terutama terlihat pada anak usia dini adalah kenyataan bahwa perkembangannya benar-benar terintegrasi baik secara biologis, psikologis, maupun perubahan sosial yang terjadi saat ini yang saling berkaitan.
Meskipun perkembangan fisik pada anak-anak prasekolah sangat dramatis, perkembangan itu cenderung lebih lambat dan lebih stabil dibandingkan dengan masa bayi. Beberapa pengaruh penting pada perkembangan fisik selama masa prasekolah adalah perubahan kemampuan otak, keterampilan motorik kasar dan halus, serta kesehatan anak.
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.
B.  Perkembangan Motorik
Perkembangan Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.

Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Beberapa perkembangan motorik (kasar  maupun halus) selama periode ini, antara lain :
a). Anak Usia 5 Tahun
-   Mampu melompat dan menari
-   Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
-   Dapat menghitung jari – jarinya
-   Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
-   Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
-   Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
-   Mampu membedakan besar dan kecil      
b). Anak Usia 6 Tahun
-   Ketangkasan meningkat
-   Melompat tali
-   Bermain sepeda
-   Mengetahui kanan dan kiri
-   Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
-   Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c). Anak Usia 7 Tahun
-   Mulai membaca dengan lancar
-   Cemas terhadap kegagalan
-   Peningkatan minat pada bidang spiritual
-   Kadang Malu atau sedih
d). Anak Usia 8 – 9 Tahun
-   Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
-   Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
-   Ketrampilan lebih individual
-   Ingin terlibat dalam sesuatu
-   Menyukai kelompok dan mode
-   Mencari teman secara aktif.
e). Anak Usia 10 – 12 Tahun
-   Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh  yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak
-   Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri , dll.
-   Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
-   Mulai tertarik dengan lawan jenis.

C.  Mengenali Perkembangan dan Kemampuan Motorik Anak
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya.
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan -ketrampilan motorik, anak-anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
Deteksi dini tumbuh kembang anak terdiri dari pemantauan secara cermat pertumbuhan fisik, perkembangan Motorik, perkembangan kognitif, perkembangan psikososial.  Setiap parameter perkembangan tersebut tersebut memiliki tahapan-tahapan sendiri sesuai perkembangan usia. Misalnya perkembangan motorik anak usia 6-8 bulan sudah harus bisa merangkak dan duduk. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun psikososial. Perkembangan anak berlangsung dalam proses yang holistik atau menyeluruh. Karena itu pemberian stimulasinya pun perlu berlangsung dalam kegiatan yang holistik.
Ternyata perkembangan motorik seorang anak seringkali berbeda dengan anak lainnnya. Perkembangan motorik berbeda tingkatannya pada setiap individu. Anak usia empat tahun bisa dengan mudah menggunakan gunting sementara yang lainnya mungkin akan bisa setelah berusia lima atau enam tahun. Anak tertentu mungkin akan bisa melopmat dan menangkap bola dengan mudah sementara yang lainnya mungkin hanya bisa menangkap bola yang besar atau berguling-guling. Demikian pula stimulasi lingkungan, status gizi,  ras dan genetik mempunyai pengaruh penting dalam perkembangan motorik.         Pada kelompok anak tertentu sangat lentur dan tertarik pada senam dan olah raga yang teratur. Mereka mengembangkan kemampuan motorik yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan seperti memakai baju, menggunting, menggambar dan menulis lebih mudah dilakukan.  
Pada anak yang memiliki gangguan konsentrasi atau rentang konsentrasi yang relatif pendek, mereka menjadi ahli pemecah masalah dan dapat memusatkan perhatian untuk suatu periode yang cukup lama jika topik yang diajarkan menarik bagi mereka.  Pada kelompok ini, anak mengembangkan keterampilan motorik kasar dan melakukan gerakan fisik yang sangat aktif. Tetapi saat melakukan gerakan motorik halus tidak optimal karena tidak memusatkan perhatian pada aktifitas yang dihadapi, hal ini yang sering dikelirukan anak yang sangat aktif divonis mengalami gangguan motorik halus. Memang saat mewarnai anak tersebut sering acak-acakan selalu keluar dari garis gambar. Tetapi pada anak kelompok ini sat menggambar bisa detil dan tekun atau saat menggerakkan key pad mouse komputer sangat bagus dan tepat. Padahal kemampuan tersebut adalah kemampuan motorik halus yang sangat baik.
Penelitian unik yang telah dilakukan dr Widodo Judarwanto adalah pada penderita yang sering mengalami masalah gangguan saluran cerna terutama saat bayi dengan keluhan utama sering muntah, Gastrooesepageal refluks dan gangguan cerna lainnya seringkali mengalami perkembangan motorik kasar yang tidak baik tetapi mempunyai kemampuan motorik halus yang sangat baik. Biasanya penderita ini juga mengalami gangguan koordinasi  motorik mulut seperti keterlambatan bicara, gangguan berbicara (cadel, mengucapkan kata yang tidak jelas atau hanya ujung-ujungnya) dan mengalami gangguan mengunyah dan menelan. Gangguan mengunyah dan menelan ini diistilahkan dengan picky eaters atau pemilih. Biasanya makanan yang sering dihindari atau tidak disukai adalah sayur tertentu seperti kangkung, sawi, empal daging sapi atau nasi atau makanan lain yang berserat. Makanan yang disukai adalah mi, telor, daging ayam, sayur tertentu seperti wortel, brokoli, bayam, kentang, krupuk, biscuit atau makanan yang remnyah, “kriuk” atau crispy lainnya. Hal ini terjadi bukan karena suka tidak suka tetapi masalah makan yang udah dikunyak atau tidfak. Biasanya kelompok anak seperti ini sering terjadi pada penderita alergi dan intoleransi makanan.
Berkaitan dengan hal itu maka orangtua harus mengenali dan mendeteksi sejak dini kelebihan dan kekurang perkembangan motorik anak sehingga dapat dilakukan intervensi dan stimulasi sejak dini. Bila hal ini dilakukan maka kelebihan kemampuan motorik anak tersebut dapat dioptimalkan dengan memberikan dorongan kegiatan khusus untuk menciptalkan prestasi. Sedangkan bila terdapat kekurang dalam perkembangan motorik lainnya harus diberikan latihan sejak dini agar keterlambatan tersebut dapat diminimalkan.
 Pemantauan perkembangan motorik anak dengan melakukan tes Denver. Tes ini membagi perkembangan anak jadi empat, yaitu perkembangan personal sosial, perkembangan bahasa, serta perkembangan motorik kasar dan motorik halus adaptif. Perkembangan bayi akan diamati setiap 1 bulan sekali. Sedangkan balita, atau tepatnya setelah anak menginjak usia 2 tahun ke atas, cukup 3 bulan sekali. Tes Denver merupakan checklist untuk mempermudah pemantauan akan perkembangan anak, apakah anak sesuai dengan perkembangan usianya saat itu atau tidak. Apakah anak sesuai dengan perkembangan anak sudah sesuai dengantahapan perkembangan usianya
Tahapan-tahapan perkembangan motorik anak
Keterampilan motorik anak Usia 3-4 tahun
Motorik kasar :
1. Mengambil benda kecil diatas nampan tanpa menjatuhkan
2. Menangkap bola besar dengan tangan lurus kedepan
3. Memanfaatkan bahu dan siku pada sat melempar bola hingga 3 meter
4. Berdiri dengan satu kaki selama 5 detik
5. Berdiri dengan kedua tumit dirapatkandan tangan disamping , tanpa kehilangan       keseimbangan
6. Berjalan menyusuri papan dengan menempatkan satu kaki di depan kai yang lain
7. melompat sejauh 1 meter atau lebih dari posisi berdiri semula
8. melompat dengan satu kaki
9. Mengendarai sepeda roda tiga dengan melalui tikungan yang lebar
Motorik Halus
1. menggunting ketas menjadi dua bagian
2. menggambar linkaran tetapi masih belum teratur
3. Jika di beri gambar kepala dan badan manusia yang belum lengkap, anak akn mampu menambahkan paling tidak 2 bagian tubuh.
4. mencuci dan mengelap tangan sendiri
5. mengaduk cairan dengan menggunakan sendok
6. menuang air dari teko kecilke gelas/cangkir tanpa tumpah
7. membawa sesuatu menggunakan penjepit
8. memegang sendok garpu dengan cara menggenggam
9. membuka kancing baju dan melepas ikatan tali sepatu.
Keterampilan motorik anak USIA 4-5 tahun
Motorik kasar
1. Menyentuh jari kaki tanpa menekuk lutut
2. berdiri jinjit dengna tangan di pinggang
3. mengayuh satu kai ke depanatau ke belakang tanpa kehilangan keseimbangan.
4. berjalan pada garis yang sudah dibuat
5. Melompat dengan satu kaki secara bergantian: salah satu kaki kedepan dan kaki lainnya ke belakang atau sebaliknya atau melompat, lalu bertumpu pada salah satu kai selama 3 detik dan sebalinya secara bergantian
6. berlari langsung menendang bola
7. melambungkan bola tennis dengan satu tangan lau menangkapnya dengan dua tangan
Motorik Halus
1. memasukan surat keamplop
2. membentuk berbagai obyek dengan tanah liat atau lilin malam
3. mencuci tangan dan mengeringkannyatanpa bantuan.
4. mencuci wajah dan mengeringkannya tanpa bantuan dan tanpa membasahi baju
5. memasukan ke lubang jarum
6. berlari langsung menendang bola

Pendapat lain mengatakan bahwa tahap perkembangan motorik anak adalah :
Usia 1-2 tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
 merangkak
 berdiri dan berjalan beberapa langkah
  berjalan cepat
 cepat-cepat duduk agar tidak jatuh
 merangkak di tangga
 berdiri di kursi tanpa pegangan
 menarik dan mendorong benda-benda     berat
 melempar bola
 • mengambil benda kecil dengan ibu jari atau  telunjuk
 • membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan
 • menyusun menara dari balok
 • memindahkan air dari gelas ke gelas lain
 • belajar memakai kaus kaki sendiri
 • menyalakan TV dan bermain remote
 • belajar mengupas pisang
Usia 2-3 tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
 • melompat-lompat
 • berjalan mundur dan jinjit
 • menendang bola
 • memanjat meja atau tempat tidur
 • naik tangga dan lompat di anak tangga terakhir
 • berdiri dengan 1 kaki
 • mencoret-coret dengan 1 tangan
 • menggambar garis tak beraturan
 • memegang pensil
 • belajar menggunting
 • mengancingkan baju
 • memakai baju sendiri
Usia 3-4 tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
 • melompat dengan 1 kaki
 • berjalan menyusuri papan
 • menangkap bola besar
 • mengendarai sepeda
 • berdiri dengan 1 kaki
 • menggambar manusia
 • mencuci tangan sendiri
 • membentuk benda dari plastisin
 • membuat garis lurus dan lingkaran cukup   rapi
Usia 4-5 tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
 • menuruni tangga dengan cepat
 • seimbang saat berjalan mundur
 • melompati rintangan
 • melempar dan menangkap bola
 • melambungkan bola
 • menggunting dengan cukup baik
 • melipat amplop
 • membawa gelas tanpa menumpahkan isinya
 • memasikkan benang ke lubang besar

D.  Pembelajaran Motorik
1. Belajar dan Pembelajaran
1.    Tinjauan dari segi Ontologi
Pengertian ”Belajar” sangat bervariasi menurut beberapa ahli, Gagne dan Briggs mendefinisikan belajar sebagai serangkaian proses kognitif yang mentransformasi stimulasi dan lingkungan ke dalam beberapa fase pemrosesan informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu kapabilitas yang baru . Sedangkan menurut Bell-Gredler bahwa belajar sebagai proses perolehan berbagai kompetensi. keterampilan, dan sikap . Sedangkan definisi belajar yang didasarkan pada prespektif behavioristik menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang memiliki tiga ciri, yaitu: (1) proses tersebut membawa perubahan baik aktual maupun potensial, (2) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, dan (3) perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja .
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Setyosari dan Sihkabuden berpendapat bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem terdiri atas komponen-komponen, yaitu: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, yang didalamnya termasuk penggunaan metode pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran, serta penilaian hasil belajar . Menurut Sanjaya pembelajaran diartikan sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa .
Jadi dari definisi diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian belajar adalah proses transformasi ilmu guna memperoleh kompetensi, keterampilan, dan sikap untuk membawa perubahan yang lebih baik. Sedangkan kegiatan pembelajaran merupakan suatu sistem dan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
2. Tinjauan dari segi Epistomologi
Ada beberapa cara dalam melakukan proses belajar, diantaranya adalah melalui teori belajar kognitif yang menjelaskan belajar dengan berfokus pada perubahan-perubahan proses mental internal yang digunakan dalam upaya memahami dunia eksternal. Perspektif kognitif. belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang yang memberikan kapasitas untuk menunjukkan perubahan perilaku. Struktur mental ini meliputi pengetahuan. keyakinan. keterampilan, harapan dan mekanisme lain. Fokus teori kognitif adalah potensi untuk berperilaku dan bukan pada perlakunya sendiri. Teori belajar kognitif menekankan pentingnya proses-proses mental seperti berpikif. dan memfokuskan pada apa yang .terjadi pada pemelajar. Proses ini memungkinkan pemelajar untuk menginterpretasi dan mengorganisir informasi secara aktif.
Cara melakukan proses belajar yang lain adalah dengan teori konstruktivis yang memandang ilmu pengetahuan bersifat non-objective, temporer, dan selalu berubah. Pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognisi si pemelajar bukan berada secara terpisah di luar diri si pemelajar. Oleh karena itu, belajar menurut konstruktivis dapat dirumuskan sebagai penyusunan pengetahuan dan pengalaman kongkrit, melalui aktivitas kolaboratif, refleksi dan interpretasi. Activitas yang demikian memung-kinkan si pemelajar memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.
Sedangkan cara belajar berdasarkan teori behavioristik menekankan proses belajar sebagai perubahan relatif permanen pada perilaku yang dapat diamati dan timbul sebagai basil pengalaman. Seluruh kegiatan belajar adalah didasarkan pada jaringan asosiasi atau hubungan (bonds) yang dibentuk antara stimulus dan respon, teori ini juga disebut trial and error learning. Hal ini karena hubungan yang terbentuk antara stimulus dan respon tersebut timbul terutama melalui trial and error, yaitu suatu upaya mencoba berbagai respon untuk mencapai stimulus meski berkali-kali mengalami kegagalan.
3. Tinjauan dari segi Aksiologi
Ada banyak manfaat dan hasil dari proses belajar, hasil belajar adalah perubahan perilaku yang teradi pada diri individu yang belajar. Menurut Gagne dan Briggs, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh Seseorang setelah ia mengikuti suatu proses pembelajaran tertentu . Reigeluth mengatakan bahwa hasil belajar adalah perilaku yang dapat diamati yang menunjukkan kemampuan yang dimiliki seseorang .
Menurut Bloom, bentuk hasil belajar yang menjadi tujuan pembelajaran meliputi tiga domain, yaitu: kognitif, afektif. dan psikomotorik Kognitif adalah hail belajar berupa kernampuan mengingat atau mereproduksi hal-hal yang telah dipelajari, juga berupa kemampuan menyelesaikan tugas-tugas intelektual guna menentukan masalah mendasar dan kemudian menyusun ulang bahan-bahan yang diajarkan atau mengkombinasikanya dengan ide, metode, atau prosedur yang dipelajari sebelumnya Afektif adalah basil belajar berupa kondisi perasaan, emosi. atau tingkat penerimaan atau penolakan terhadap din sendiri, guru. petajaran, atau semua hal yang berkaitan dengan apa yang dipelajari. Sedang psi¬komotorik adalah hasil belajar berupa kemampuan motorik. memanipulasi benda dan objek. atau melakukan tindakan-tindakan yang membutuhkan koordinasi neuromuscular.
Hasil pembelajaran dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: efektivitas pembelajaran. efisiensi pembelajaran. dan daya tarik pem-belajaran.  Efektivitas pembelajaran diukur dan tingkat prestasi yang dicapai siswa. Prestasi siswa bentuknya bermacam-macam mulai dari yang sifatnya pengetahuan genenik seperti mamptu memecahkan masalah. mampu menemukan hubungan. mampu berpikir logis. hingga pengetahuan yang sifatnya spesifik.
2.    Pembelajaran Motorik
1.Tinjauan dari segi Ontologi
Pembelajaran motorik didefinisikan sebagai proses belajar keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik serta variabel yang mendukung atau menghambat kemahiran/keahlian motorik.
Ada empat konsep yang tercermin dalam pembelajaran motorik, yaitu: (1) Pelajaran adalah suatu proses dari memperoleh kemampuan untuk tindakan yang trampil. (2) Pelajaran diakibatkan oleh pengalaman atau praktek. (3) Pelajaran tidak bisa diukur secara langsung; sebagai gantinya adalah inferred dari perilaku. (4) Hasil belajar yang relatif ada perubahan yang permanen didalam perilaku.
Closed-Loop Teori Adams menerangkan proses pengulangan tertutup, umpan balik yang berhubungan dengan perasaan digunakan untuk produksi secara berkelanjutan dari pergerakan yang trampil. Gagasannya adalah bahwa di dalam pembelajaran motorik, umpan balik yang berhubungan dengan perasaan dari pergerakan yang berkelanjutan telah dibandingkan di dalam sistem saraf yang disimpan dimemori dari pergerakan.
Menurut Teori Bagan Schmidt, teori bagan itu menekankan kendali proses pengulangan terbuka dan konsep program motor yang disamaratakan. Schmidt yang mengusulkan program motorik itu tidak berisi pokok-pokok dari pergerakan tetapi sebagai gantinya berisi aturan umum untuk suatu kelas yang spesifik tentang pergerakan. Ia meramalkan bahwa ketika belajar suatu program motorik yang baru, individu yang belajar suatu yang umum satuan perintah bahwa dapat diberlakukan diberbagai konteks.
Teori ekologis dari Karl Newell menyatakan bahwa pelajaran motorik adalah suatu proses meningkatkan koordinasi antara persepsi dan tindakan dengan cara konsisten dengan tugas dan batasan lingkungan.
Dari beberapa istilah diatas, dapat diambil benang merah menurut penulis, bahwa pembelajaran motorik adalah proses belajar keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik serta variabel yang mendukung atau menghambat kemahiran/keahlian motorik yang digunakan secara berkelanjutan dari pergerakan yang trampil

2. Tinjauan dari segi Epistomologi
Langkah-langkah awal didapatnya ketrampilan dan menguraikan pembelajaran motorik yang terjadi adalah sebagai berikut:
2.1.  Model Bagian Fitts and Posner Three
Ada tiga bagian utama yang dilibatkan di dalam ketrampilan belajar motorik. Langkah yang pertama pelajar mempunyai hubungan dengan pemahaman sifat alami tugas, mengembangkan strategi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan tugas itu, dan menentukan bagaimana tugas harus dievaluasi. Di langkah ini orang mengadakan percobaan dengan berbagai strategi, menunda. yang tidak bekerja dan memelihara yang dilakukan.
Langkah kedua yang didapatnya ketrampilan sebagai langkah associative. Pada waktu sekarang orang mulai menyaring ketrampilan itu. Selama langkah ini ada lebih sedikit variabilitas di dalam pencapaian, dan peningkatan juga terjadi pelan-pelan. aspek Langkah ini berlangsung hari ke minggu atau bulan, tergantung dengan pemain dan intensitas dari praktek.
Langkah yang ketiga digambarkan ini oleh automatis dari ketrampilan dan derajat tingkat yang rendah tentang perhatian yang diperlukan untuk pencapaiannya, langkah ini orang dapat memulai untuk perhatiannya kepada aspek lain dari ketrampilan secara umum, seperti membaca sekilas lingkungan untuk rintangan yang mungkin menghalangi capaian, atau memusatkan pada suatu tugas yang sekunder, atau menyelamatkan energinya agar menghindari kelelahan.
2.2.  Model Bagian System Three
Teori ini menyatakan bahwa ketika pelajaran bayi yang pertama adalah suatu ketrampilan yang baru, tingkatan kebebasan badan dibatasi ketika mereka melaksanakan tugas yang lebih mudah untuk dilaksanakan.
Langkah-langkah dari pembelajaran motrik ini adalah: langkah bayi, di mana pergerakan yang mudah untuk mengurangi tingkat kebebasan. Mereka menyatakan bahwa ini menggabungkan berbagai persendian bersama-sama sehingga mereka berpindah dengan perbaikan yang banyak dilibatkan dipergerakan.
Langkah yang kedua, yang disebut langkah tingkat lanjut, adalah mulai melepaskan tingkat kebebasan tambahan dengan membiarkan pergerakan pada persendian. Sekarang persendian dapat dikendalikan dengan bebas sebagaimana diperlukan untuk persyaratan tugas. Singkatan yang bersama tentang agonist dan otot lawan pada suatu persendian dikurangi, dan sinergi otot ke seberang sejumlah persendian digunakan untuk menciptakan suatu dikoordinir pergerakan yang lebih yang dapat menyesuaikan diri.
Langkah yang ketiga, memulai langkah yang lebih, dimana individu telah melepaskan semua tingkat kebebasan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas terbaik dan efisien dalam mengkoordinir jalan. Sebagai tambahan. Individu telah mempelajari untuk mengambil keuntungan dari mekanika dari sistem musculoskeletal dan tentang lingkungan dan untuk mengoptimalkan efisiensi dari pergerakan.
2.3. Model Bagian Gentile’s Two
Di langkah yang pertama sasaran pelajaran adalah untuk mengembangkan suatu pemahaman dari dinamika itu. Pada pelajaran langkah ini adalah membawa gagasan untuk persyaratan dari pergerakan. Ini meliputi pemahaman sasaran tugas, mengembangkan strategi pergerakan yang sesuai menuju keberhasilan sasaran, dan pemahaman lingkungan yang kritis bagi organisasi dari pergerakan itu.
Di langkah yang kedua, fiksasi/diversifikasi langkah itu, sasaran adalah untuk menyaring pergerakan itu. Pergerakan meliputi kedua-duanya yang mengembangkan kemampuan dari adaptasi pergerakan dan permintaan lingkungan dan melakukan tugas secara konsisten dan secara efisien. Suatu penyajian dari konsistensi pergerakan yang terjadi dengan praktek di bawah kondisi-kondisi yang tak berubah-ubah. Di dalam kontras, membuka ketrampilan ditandai dengan mengubah kondisi kondisi lingkungan dan oleh karena itu memerlukan penganekaragaman pergerakan.
3. Tinjauan dari segi Aksiologi
Adapun manfaat atau tujuan dalam pembelajaran motorik diantaranya adalah sebagai berikut: untuk memperoleh dan meningkatkan kemampuan ketrampilan; dari hasil belajar motorik relatif ada perubahan yang permanen di dalam perilaku yang lebih benar dalam gerakan; selain itu umpan balik yang berhubungan dengan perasaan dari pergerakan yang berkelanjutan telah ada dan diterapkan di dalam sistem saraf yang disimpan dimemori untuk pergerakan; serta bertujuan untuk meningkatkan koordinasi antara persepsi dan tindakan secara konsisten dan automatis dari ketrampilan motorik dan untuk mengambil keuntungan dari mekanika sistem musculoskeletal untuk mengoptimalkan serta efisiensi dari konsistensi pergerakan.
Cara Melakukan pembelajaran motorik halus yang bisa dilakukan si kecil bersama Anda di rumah:
1. Melukis. Anda bisa melakukan improvisasi dengan beberapa teknik; melukis dengan jari, kuas besar, kuas kecil, kapas, ataupun sikat halus.
2. Puzzle. Tidak usah risau untuk membeli peraga puzzle yang mahal-mahal. Anda bisa membuatnya sendiri dengan gambar yang anda gunting menjadi beberapa bagian, dan memintanya untuk merangkai kembali. Atau, kini telah banyak permainan puzzle di komputer atau online.
3. Playdough. Masih ingat dengan adonan playdough yang pernah saya ajarkan, bukan? Nah, praktekkan itu dengan si kecil. Lakukan improvisasi dengan membuat berbagai bentuk dari adonan, lalu minta si kecil untuk memotongnya dengan pisau mainannya. Ini sangat baik untuk melatih keterampilan motorik halusnya.
4. Menggunting. Ada banyak gunting mainan untuk anak-anak yang aman dan tidak membahayakan. Duduklah bersama si kecil, dan bukalah berbagai majalah bekas Anda. Biarkan si kecil menggunting gambar yang ia senangi.
5. Meronce. Jika manik-manik dan permata palsu terlalu kecil dan cukup “berbahaya” bagi batita dan balita, Anda bisa memulainya dengan potongan sedotan dan kertas lipat. buatlah berbagai bentuk, dan rangkailah menjadi hiasan yang indah.
6. Lego dan balok. Permainan ini paling disenangi anak-anak. Merangkai dan menyusun untuk menjadikan sesuatu yang menarik dan unik.
Cara Melakukan pembelajaran motorik kasar yang bisa dilakukan si kecil bersama Anda di rumah:
1. Berlari. Anda bisa melakukan kegiatan ini di halaman, atau di ruangan yang luas untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam rumah. Lakukan improvisasi dengan menggunakan bendera, kartu unik, atau benda yang dioper.
2. Memanjat. Jika di dekat rumah Anda ada taman bermain yang terbuka untuk umum, Anda bisa mengajak anak-anak Anda untuk bermain di area memanjat. Atau, buatlah area memanjat sendiri di rumah dengan menggunakan meja dan kursi. Untuk menghindari ada yang terluka, usahakan agar Anda menyediakan matras untuk mendarat jika mereka melompat.
3. Permainan jingkat. Dalam bahasa Jawa disebut engklek. Permainan ini baik untuk melatih keseimbangan dan koordinasi tubuh si kecil.
4. Main bola. Apapun  jenis permainan bolanya, ini sangat bagus untuk melatih kekuatan otot anak-anak
E.  Perkembangan Fisik dan Motorik Anak
Perkembangan jasmani dan psikomotorik menurut Zeller dan Hetzer (dalam Haditomo, 1991) terlihat bahwa anak sekolah menunjukkan ciri badan atas lebih lamban berkembangnya daripada badan bagian bawah, anggota-anggota badan masih relatif pendek, kepala relatif besar, perutnya besar dan ada gigi susu. Pada masa ini, keseimbangan badan anak sudah berkembang baik, anak sudah pandai berjalan, dapat naik tangga, meloncat dari tanah dengan kedua kakinya bersama-sama berkembang koordinasi antara mata dan tangan (visio-motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar dan menangkap dan sering jugaaa sudah dapat bersepeda. Menurut Hurlock (1995), pada waktu berumur 6 tahun atau terkadang sebelum umur 6 tahun, mereka sudah dapat mengendarai sepeda, padahal bersepeda adalah keterampilam motorik yang lebih sulit.
Keterampilan motorik dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1.      Keterampilan atau gerakan kasar, seperti berjalan, berlari, melompat, naik dan turun tangga.
2.      Keterampilan motorik halus, seperti menulis, menggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola serta memainkan benda atau permainan.
Perkembangan fisik seorang anak juga tidak lepas dari perlunya memperhatikan pertumbuhan gigi susu anak. Seringkali orang tua memikirkan faktor kesehatan gigi anak misalnya bagaiman pencegahan gigi berlubang atau membusuk. Jarang memikirkan fungsi gigi secara psikologi karena mereka memandang gigi secara fisik saja.

F.   Pengaruh perkembangan motorik terhadap perkembangan individu
Hurlock memaparkan pengaruh perkembangan motorik sebagai berikut : (1)  Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang.  Seperti senang memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan permainan. (2) anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent, Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini dapat menunjang rasa percaya diri anak. (3) Anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris. (4) perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk bergaul bahkan dia akan dikucilkan atau menjadi anak yang terpinggirkan. (5) perkembangan motorik sangat penting pada perkembangan kepribadian anak.
Apabila kemampuan motorik masa ini berkembang dengan baik, maka perkembangan berikutnya akan baik pula, begitu juga sebaliknya.

 PENUTUP

Kesimpulan
Perkembangan fisik peserta didik merupakan sebuah perubahan secara bertahap dalam kemampuan, emosi, dan keterampilan yang terus berlangsung hingga mencapai usia tertentu. Pertumbuhan dan perkembangan fisik merupakan sisi yang paling nyata dari manusia mana pun, demikian juga bagi peserta didik.
Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot (CRI, 1997). Jika kegiatan anak di dalam ruangan, pemaksimalan ruangan bisa dijadikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk berlari, berlompat dan menggerakan seluruh tubuhnya dengan cara-cara yang tidak terbatas. Selain itu, penyediaan peralatan bermain di luar ruangan bisa mendorong anak untuk memanjat, koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuh bagian atas dan juga bagian bawah. Stimulasi-stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan motorik kasar. Sedangkan kekuatan fisik, koordinasi, keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan dikembangkan dengan latihan sehari-hari. Lingkungan luar ruangan tempat yang baik bagi anak untuk membangun semua keterampilan ini. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot dan otak.
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, misalnya kemampuan untuk duduk, menendang, berlari dll, sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih, misalnya memindahkan benda dari tangan, mencoret, menyusun, menggunting, dan menulis.
Keterampilan motorik dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1.    Keterampilan atau gerakan kasar, seperti berjalan, berlari, melompat, naik dan turun tangga.
2.    Keterampilan motorik halus, seperti menulis, menggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola serta memainkan benda atau permainan.
Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang (CRI, 1997). Perkembangan motorik berbeda tingkatannya pada setiap individu. Anak usia empat tahun bisa dengan mudah menggunakan gunting sementara yang lainnya mungkin akan bisa setelah berusia lima atau enam tahun. Anak tertentu mungkin akan bisa melopmat dan menangkap bola dengan mudah sementara yang lainnya mungkin hanya bisa menangkap bola yang besar atau berguling-guling. Dalam hal ini orang tua dan orang dewasa di sekitar anak harus mengamati tingkat perkembangan anak-anak dan merencanakan berbagai kegiatan yang bisa menstimulainya.
Keterampilan motorik kasar meningkat secara dramatis dan keterampilan motorik halus akan meningkat secara substansional seiring dengan pertambahan usia, sehingga pada waktu diberi tes akan terlihat gerak motorik bagian tubuhnya yang belum sempurna seperti manusia dewasa. Kebanyakan gerak mereka masih mencari gerakan yang tepat untuk melakukan suatu gerak tertentu maka apabila ada kesalahan akan mudah untuk diarahkan pada gerakan yang benar sampai tercipta ketrampilan motorik yang sempurna.

Saran
Bagi Orang Tua :
Pentingnya peran orang tua dalam perkembangan anak terutama dalam perkembangan fisik motorik anak,  sehingga anak bisa menjadi lebih lincah dan cerdas. Hal yang juga perlu diperhatikan adalah pemberian asupan makanan bagi anak dan perhatian penuh terhadap perkembangan otak.
Bagi Penyusun :
Peyusun diharapkan lebih mampu untuk mencari literatur dari
sumber lain agar makalah lebih komplit

 DAFTAR PUSTAKA

Dr. Sugiyanto, dkk. Perkembangan dan Belajar Motorik. Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah.

Dr, Prof. Gunarm D, Singgih. Dasar dan Teori Perkembangan Anak: PT BPK Gunung Mulia.
Ikhlas Rasido, 2010, Perkembangan peserta didik,.Tadulako university press.

Sudarwan Danim, 2010, Perkembangan Peserta Didik, Alfabeta Bandung